Selamat wayah kieu para galauers. Gausah nanyain kabar kalian yah? Da sehat-sehat saja mereun lah, lagian da gapenting juga aku nanyain kabar sama kalian, aku juga gapernah ditanyain kabar sama kalian :(
Aku mau ngasih info aja sedikit, kayaknya nanti mah serial Cerita Kehidupan teh mending di bersambungin weh yah. Biar enak gitu, jadi pemain nya juga namanya itu-itu terus cuman kisah nya berbeda-beda.
Satuju teu mun kos kitu? Kalo aku sih mending gitu, jadi mulai episode ini sampai kedepannya mah wang sambungkeun weh caritana.
Nama pemeran dan sifat nya urang saruakeun, status nya urang saruakeun tapi kisah-kisah disetiap episode nya urang bedakeun. Okey!
Pada carita yang ke 18 ini, kita akan bercerita dengan judul Aku Juga Sadar. Sambungan carita dari episode enambleas dan tujuhbelas sebelumnya.
Cuss ahh, langsung saja okey!
WARNING! JANGAN MACA CARITA IEU SAMBIL NGUSEUP, BISI POHO KANA JEJEUR JEUNG USEUP NA :(
----------CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA, JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DAN LAIN SEBAGAINYA MUNGKIN HANYA KEBETULAN ATAU TIDAK DISENGAJA----------
Perkenalkan lagi, nama saya Roby. Di episode 16 sudah saya kenalkan nama saya teh, tapi baelah aku kenalan lagi weh sama kalian yah :( padahalmah kumaha saha weh.
Aku teh sebenernya baru lulus sekolah SMA, selama 3 tahun sekolah di SMA memang banyak kenangan yang terjadi dan akan aku simpan selamanya.
Kenangan bersama barudak dan kenangan bersama dirinya ~yang tak pernah menjadi milikku. 3 tahun bukan waktu yang singkat untuk menunggu.
Barudak bilang, sifatku banyak menunda dan tidak langsung to the point, jadi intinamah lamun aya kareseup teh henteu langsung bertindak. Jadi kata barudak mah, aku teh lebih suka memendam perasaan daripada mengungkapkannya langsung ke si doi.
Itu menurut barudak, tapi menurut aku sendiri ngungkapin langsung teh adalah hal yang salah. Karena si doi bakal kaget kenapa aku beut berbicara seperti itu.
---
Misalnya situasi lagi di warung. Si doi lagi beuli gorengan, lagi milihan gorengan mana yang bagus. Tiba-tiba aku datang dari belakang sambil menepuk pundaknya.
"Doi, aku suka sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?"
krik krik krik.
"Ihh, siapa sih, Lo? Najis!"
Kemudian si doi pergi meninggalkan saya, dengan meninggalkan najis di diri saya.
---
Mungkin akan terjadi seperti itu jika kita berbicara langsung kepada si doi, tanpa ada PDKT atau kenalan dulu mah.
Makanya aku mah lebih baik memendam dulu perasaan, ntar pas waktunya udah tepat aku bisa ungkapin tuh perasaan aku ke si doi.
Tapi yang terjadi pada aku saat ini berbeda dengan cerita ilustrasi tadi.
Pertama kali aku jatuh cinta sama si doi adalah pada saat aku pertama kali masuk SMA, dan sekolah inilah yang mempertemukan kami. Dan kelas inilah yang memperkenalkan kami satu sama lain :)
Gatau, pas pertama aku ngeliat si doi, tiba-tiba suka aja. Gabisa dijelasin kenapa aku bisa suka sama si doi.
Bukankah cinta tak terdefinisi? Bukankah cinta tak bisa dijelaskan? Bukankah cinta seperti itu? Dan urang sekarang sedang merasakannya.
Kelas adalah ruangan yang memperkenalkan kita satu sama lain, aku jadi tau nama lengkapnya, aku jadi tau tempat tanggal lahir nya, aku jadi tau sifatnya.
Aku jadi tau seluk beluknya si doi selama 3 tahun ini, bahkan sampai kita lulus.
Tapi sayang, aku belum sempat mengungkapkan perasaan ini kepada si doi karena banyak hal yang harus saya pertimbangkan waktu itu.
Salah satunya adalah ketika saya tidak diterima, apa yang akan terjadi kepada saya dan si doi? Mungkin pertemanan kita akan sedikit renggang.
Aku mengkhawatirkan itu, dan aku menyesal tidak mengungkapkannya dulu.
Aku merasakan bagaimana rasanya cinta yang dipendam seperti ini, rasanya sakit banget. Aku seolah nggabisa ngapa-ngapain.
Contohnya pas pulang sekolah, aku ngeliat si doi bertemu dengan temen cowoknya tapi kok keliatannya akrab banget. Hati teh asa cemburu tapi da aku gabisa bilang sama si doi kalo aku cemburu, toh aku gak punya hak soal itu.
Ternyata, seperti ini rasanya cinta terpendam selama 3 tahun.
***
Setelah kelulusan tiba, aku coba ungkapkan semuanya kepada si doi. Aku ceritakan secara perlahan satu demi satu cerita kepada si doi, biar si doi tau apa yang aku alami selama 3 tahun ini.
Si doi menyimak dengan saksama, si doi mendengarkan cerita yang saya ceritakan kepadanya.
"Iya, aku sebenernya udah dari kelas 1 suka sama kamu, bahkan dari petama kita bertemu weh. Gatau kenapa tiba-tiba suka weh, ngga ada alasan. Dari situ weh tidur teh kadang mulai ngga tibra, kepikiran kamu terus. Pengen rasanya teh bilang ini sama kamu pas waktu itu teh, tapi situasi nya berbeda dan tidak memungkinkan. Jadinya aku pendem weh selama ini, sampai sekarang. Aku masih suka sama kamu."
"Hahaha, iya aku juga ngerti kok. Emang sih perasaan mah gabisa dipaksa tapi mau gimana lagi, aku nya emang lagi ga mikiran hal kayak gitu dulu. Aku mau fokus dulu buat kuliah. Maaf banget ya Roby, tapi aku yakin kamu pasti bisa move on dari aku dan bisa dapetin yang lebih dari aku."
Percakapan-percakapan itu masih terngiang di kepala ku, tapi aku senang dan hati ini sudah tidak terbebani lagi oleh perasaan yang terpendam itu.
Aku merasa lebih baik ketika sudah mengatakan ini kepada si doi. Tidak diterima tidak masalah, yang penting sebelum kami berpisah dan tidak akan bertemu lagi, setidaknya aku sudah mengatakan ini kepada si doi dan si doi mengetahui apa yang aku rasakan selama ini.
Aku juga sadar, memang cinta tak bisa dipaksakan. Tapi semoga saja benih-benih cinta bisa tumbuh di hatinya si doi dan kita bisa jadian untuk menuju jenjang yang lebih serius, weessss :(
***
Sekian dulu ahh cerita kehidupan episode 18 ini, semoga kalian merasakan apa yang si Roby rasakan. Hahaha :D
Kita lanjut lagi ke episode 19, apa yang akan dialami lagi oleh Roby? Pantengin terus blog saya ini, Rikiri-Netware :)
Jangan lupa di Subscribe, biar ngga ketinggalan kalau ada cerita baru :)
CUSSSS!!!
Sign up here with your email
Conversion Conversion Emoticon Emoticon