Mau Sampe Kapan Kayak Gini?

Mau Sampe Kapan Kayak Gini?

Iya, mau sampe kapan kamu kayak gini? pertanyan-pertanyaan itu selalu menghantuiku disituasi apapun. ketika kumpul dengan teman, kumpul keluarga atau bertemu dengan teman lama ketika di jalan.

Mereka menanyakan kabar ku, baik. Mereka masih mengingatku seperti yang dulu mereka kenal. 

Aku memang tidak banyak tingkah dan tidak banyak bicara, tidak seperti teman-temanku yang lain. Ketika mereka sudah mulai menyiapkan lamaran pekerjaan, aku masih sibuk bersedih-sedih hati mengenang hari perpisahan sekolah.

Ketika mereka sudah mulai sibuk mencari pasangan, aku masih saja terjebak dalam ruang nostalgia. Aku belum bisa beradaptasi dengan kehidupan luar yang begitu berbeda.

Aku merasa aku masih belum siap untuk turun ke sana. Mengarungi ketidakpastian apa yang akan terjadi nanti disana. Aku tidak siap. Tidak seperti disekolah, semuanya sudah direncanakan dan akan ketahuan hasil akhirnya.

Kini aku merasa bingung, harus bagaimana dan harus mulai darimana untuk aku belajar agar bisa terjun ke luar sana? 

Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus bisa dan harus mencoba sesuatu hal yang baru. Tekad ku sudah besar untuk melakukan hal itu, tapi lagi-lagi terhalang oleh rasa ragu dan tidak percaya diri.

Aku semakin terjebak di sini, semakin lama aku mengurung diri diruangan ini sendiri semakin jauh kesempatan ku untuk pergi ke luar sana. Melihat hal-hal baru, menemukan teman baru, membuat cerita kehidupan baru yang nanti akan bisa ku kenang.

Tetapi aku malah semakin tenggelan kedalam jurang kesedihan, aku tidak punya mental yang kuat untuk melakukan itu. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik ketika bertemu dengan orang asing yang tidak aku kenal.

Aku pergi keluar dan melihat ke sekelilingku, semuanya asing dimataku, semuanya sangat asing di kepalaku. Kini aku harus mengendalikan ini semua sendiri.

Ketika di sekolah, aku merasa ada yang mengendalikan diriku. Semua peraturan, tata tertib yang harus dipatuhi, orang-orang yang kulihat semuanya sudah familiar. Tapi kini, diluar sini, aku melihat semuanya sangat asing.

***
Dan aku merasa sangat payah, tak pernah ada perubahan dalam diriku dari waktu ke waktu. Hingga kini aku masih saja sendiri. Aku sadar karena aku tidak pernah mencoba mencari seseorang yang mau untuk menjadi pendamping hidupku.

Dalam rangka pertemuan apapun dengan siapapun pasti yang pertama ditanyakan adalah, “mana pacar kamu?” dan aku hanya bisa tersenyum, malu, dari semenak mereka mengenalku hingga kini sudah berada di ‘luar’, aku masih saja sendiri.

Hingga tiba hari ini, aku mulai banyak menerima surat undangan dari teman-teman ku. Mereka yang dulu ku kenal pendiam, pemalu dan tidak pernah memiliki pacar selama di sekolah, mereka yang kini sudah berubah dan memberikan ku surat undangan pernikahan.

“Keren! Mereka bisa merubah nasib nya sendiri. Sedangkan aku.. Ahh sudahlah, aku harus datang ke acara pernikahan dia dan memberikan ucapan selamat!”

Aku mulai membanding-bandingkan diriku dengan mereka yang bisa merubah nasibnya sendiri.

Dan aku mulai dibanding-bandingkan dengan nasib orang lain yang tak kunjung berubah. Dan selalu nasibku yang paling buruk. “Masih mending si A sih daripada si B ngga ada perubahan banget.” B tertuju kepada aku.

Memang mulai berat ujian hidup di usia 21. Aku merasa tua ketika mendengar teman-temanku sudah membagikan surat undangan tetapi ketika dipikir-pikir lagi, usia 21 belum setua yang aku bayangkan.

Aku masih memiliki waktu untuk mengubah nasibku sendiri dan aku ingin membuktikan kalau aku juga bisa merubah nasibku dan memiliki pendamping hidup yang pertama dan terakhir yang bisa aku persunting untuk menjadi seorang istri.

***
Sebenarnya aku masih memiliki trauma yang sangat dalam dengan cinta. Aku pernah jatuh cinta, jatuh kedalam jurang yang dalam. 

Cintaku hanya bertepuk sebelah tangan dan dia - orang yang aku idamkan - telah mengatakan kepadaku secara jelas bahwa dia tidak bisa membalas rasa cintaku kepadanya.

Sakit, sedih, hati terasa tak karuan. Aku masih takut untuk jatuh cinta yang kedua kalinya.

Itulah mengapa hingga kini aku belum bisa menemukan seseorang yang tepat untuk mendampingiku sebagai seorang pacar, setidaknya agar aku tidak terlalu kesepian dalam menjalani hidup ini.

Yaaa, begitulah kisah hidupku saat ini. Selamat untuk teman-teman ku yang telah memutuskan untuk menikah! Kalian memang luar biasa karena bisa membuat komitmen dan melangsungkan janji suci di usia muda!

Jangan lupakan aku, kawan! Ingat, dulu kita pernah menjadi jomblo ngenes yang mengharapkan memiliki pasangan yang bisa mengerti dan ingin susah senang bersama kita. Kini kau telah menemukan seseorang itu!

*khie757*