Iwan tiba-tiba menghampiriku sambil membawa handphone nya, seperti nya dia ingin memperlihatkan sesuatu kepadaku dan Edo.
"Nih, liat, kamu mau, ngga?" Iwan menyodorkan hp nya kepada kami.
"Goblok, lu!" Edo sewot.
"Mau gak, lu? Jangan munafik lu!"
Iwan, adalah teman sekelas kami yang umurnya 3 tahun lebih tua dari kami. Aku ngga tau, apa dia terlalu lama dikelas ini atau dia terlalu cepat akil balig.
Dia memberikan hp nya dan memperlihatkan suatu video porno yang sedang tren saat itu. Si Aril itu loh.
Kami masih kelas 6 sd waktu itu, aku dan Edo mungkin salah gaul. Malah berteman dengan si Iwan ini, brengsek.
Kami tidak meminta nya, tapi si Iwan menyuruh kami menontonnya sampai habis. Dan dia berharap, kita akan ketagihan.
Anjing! Bener aja, aku sama si Edo jadi kepengen minta, kan! Tanpa berlama-lama lagi, file itu pun dengan cepat berpindah dari HP si Iwan menuju hp si Edo. Dan diteruskan menuju Hp ku.
"Yaudah, aku mau cabut dulu! Mau ngasih tau lagi ke yang lain." Ujar Iwan sambil meninggalkan kita.
"Goblok! Bakal ada banyak korban nih, ini kan video buat 18 tahun keatas." Ucapku kepada Edo, khawatir.
"Iya, nih. Jadinya kita juga punya file nya. Aku takut nanti ada razia hp, mampus dah." Ujar Edo.
Setelah file ini nangkring di hp kita selama 1 hari, akhirnya kami menghapus file itu. Karena khawatir akan ada razia hp.
***
Keesokan harinya, tepat pukul 7 pagi setelah bel berbunyi. Guru olahraga yang tampangnya baik, tiba-tiba menjadi garang, ditemani oleh kepala sekolah, memasuki kelas kami satu persatu.
Aku: "Ada apa, nih, Do?"
Edo: "Ngga tau, kayaknya bakal ada razia deh."
Teman-teman kami sudah panik, mereka berusaha menyembunyikan handphone nya. Karena didalam hp nya terdapat file yang berbahaya.
Aku melihat ke arah sekeliling, sibuk dengan hp nya. Sedangkan aku dan Edo santai-santai aja. Karena kami tidak merasa memiliki file yang aneh-aneh.
Aku melihat si Iwan, dia sibuk mengeluarkan memory hp nya untuk disembunyikan.
Tapi apa daya, sang guru olahraga yang ditemani kepala sekolah itu sudah masuk kedalam kelas kami.
Usaha Iwan pun gagal, karena telah kepergok oleh guru-guru itu.
"Yang membawa handphone, kumpulin didepan. Jangan banyak bicara, hp nya bawa kedepan seorang-seorang." Ujar sang guru olahraga.
Kami pun menuruti perintah guru tersebut. Kami satu persatu maju kedepan untuk menyimpan hp kami disana.
"HP kalian akan saya bawa keruang guru. Akan saya cek satu persatu, jika kedapatan ada yang menyimpan file-file yang aneh, akan saya panggil orang tuanya!"
Anjayy, serem juga.
Karena video itu sangat populer di kalangan remaja SMA, hingga menular ke anak-anak SMP kemudian ke SD. Kini video itu pun tak bisa dipungkiri untuk tidak disimpan di hp siswa.
Tak bisa dipungkiri juga, para warga pun memiliki video itu. Bahkan ada yang sampai punya kaset nya untuk ditonton bersama ibu-ibu lain. Astaghfirulah.
Kembali ke cerita. Setelah pulang sekolah, ada 20an teman kami yang ditahan tidak boleh pulang karena kedapatan menyimpan video itu.
Termasuk Iwan, mungkin dia akan terkena hukuman yang berat. Tapi aku dan Edo bisa pulang dengan selamat.
Sesampainya dirumah, aku mengobrol dengan Edo di percakapan facebook.
Edo: "Rik, untung aja itu video udah kita hapus."
Aku: "Iya, Do, kalo ngga, nasib kita sekarang udah terancam."
Edo: "Iyaa, sebenernya aku ngga tega sih ngehapusnya."
Aku: "Kenapa? Karena ngeliat si luna nya, ya?"
Edo: "Hahaha, iya, lagian dia putih banget sih, uhh."
Tiba-tiba ada temanku yang lain, yang masuk kedalam percakapan kami berdua.
Temanku: "Ehh, malah ngomongin yang kayak gitu."
Anjrit! Kenapa ada temanku yang masuk kedalam percakapan aku sama Edo?
Dan ternyata, kita ngobrol di grup sekolah. Yang mana, didalam nya ada guru kami juga, guru bahasa Inggris.
Mampus!
Percakapan ngga bisa di hapus. Aku dan Edo panik, langsung log out dari Facebook. Kami melanjutkan percakapan via SMS.
Aku: "Anjir, gimana nih, Do? Aku kira itu percakapan kita."
Edo: "Iyaa, ahh, anjirr! Aku gatau, kirain itu bukan percakapan grup."
Aku: "Wahh, besok kita bakal mati, nih."
Aku panik, apa yang akan terjadi besok, apalagi besok pelajaran Bahasa Inggris.
***
Keesokan harinya, aku pura-pura tidak berdosa, datang ke sekolah bertemu dengan teman-teman. Bertemu dengan Edo juga.
Aku ngga tau kelanjutan cerita yang ada di percakapan facebook itu. Karena sampai pagi ini, aku belum membuka facebook lagi.
Aku: "Do, udah siap?"
Edo: "Dengan segala hormat, siap lah."
Aku: "Brengsek, lu!"
Bel pun berbunyi, jam pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris.
Pukul 7.10 pa guru masih belum datang juga, mungkin beliau ngga akan ngajar untuk hari ini.
5 menit kemudian, beliau datang.
"Maaf ya, anak-anak, bapak telat, kejebak macet."
Mampus.
Nyawa aku dan Edo sudah terancam. Aku takut kalau dia (pa guru) akan memarahi kami atau menegur kami didepan teman-teman seperti ini.
Selama jam pelajaran berlangsung, hatiku dag-dig-dug kayak yang lagi jatuh cinta.
Aku melihat ke arah Edo, dia juga sama. Mukanya pucat. Edo duduk sebangku denganku, aku melihat gerak-gerik dia sudah tidak nyaman, karena tegang.
Setelah 2 jam pelajaran, akhirnya beres juga pelajaran Bahasa Inggris hari ini. Hati ku plong tidak mendapat teguran dari pa guru. Mungkin dia juga belum membuka facebook dari kemarin, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi.
Pada saat jam istirahat, aku dan Edo seperti biasa, keluar dari kelas untuk menuju kantin.
Pa Guru bahasa Inggris kami mempunyai ruangan khusus untuk dia sendiri. Jadi, pada saat kami sedang berjalan dari kelas menuju Kantin, beliau melihat kami.
Kemudian dia memanggil kami.
"Kalian berdua, sini, jangan bengong ditengah jalan gitu. Sini, sini."
Mampus.
Ternyata pa guru sudah tahu apa yang terjadi di facebook kemarin.
"Pa, kita minta maaf paa, kita ngomongin gitu bukan maksud apa-apa, paa." Edo tiba-tiba berkata seperti itu, dengan nada yang lirih.
"Minta maaf kenapa? Emang kalian ada salah apa sama bapa?" Pa Guru masih belum ngeh apa yang terjadi.
Edo: "Terus kita dipanggil kesini ada apa, pa?"
Pa guru: "Bapak mau minta tolong sama kalian, tolong belikan bapak aqua botol yang dingin satu sama gorengan 5rb."
Edo: "Ohh gitu, yaudah pak, kita berangkat ke kantin dulu."
Tiba-tiba.
Pa Guru: "Eittt," sambil memegang pundak kami berdua, "jangan dulu pergi, ada yang bapak pengen omongin sama kalian."
MAMPUS!
Aku: "Apa, pak?"
Pa Guru: "Soal percakapan kalian kemarin di facebook. Kenapa kok kalian ngobrol nya kayak gitu? Belum sepantas nya kalian berkata seperti itu. Mau bapak laporin orang tua kalian?"
Edo: "Maaf, paa, maaf, bukan maksudnya kayak gitu."
Edo menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, dan dia juga mendapat video itu dari Iwan.
Iwan menjadi pemasok video porno disekolah kami. Dia bermain dengan sangat rapi. Dan sekarang, karir dia sebagai pemasok akan terhenti sampai disini, karena Pa Guru sudah mengetahui gerak-gerik si Iwan.
Edo: "Nahh, gitu, pak. Kita juga dipaksa harus nonton video itu. Kalo ngga, yaa ada ancaman gitu pak. Sebenernya kita juga ngga mau nonton yang kayak gitu, tapi gimana lagi, pak. Nyawa kita terancam."
Pa Guru mengerti apa yang kita rasakan, tapi beliau menghimbau untuk tidak mengulangi nya lagi. Tapi mungkin, diam-diam kita akan mengulanginya lagi diluar sekolah.
Kami langsung keluar menuju kantin untuk membelikan makanan dan minuman yang telah diperintahkan oleh pa guru tadi.
***
Setelah seminggu kemudian, si Iwan ketahuan sama pa guru bahasa inggris yang kemarin kami ketahuan ngobrolin tentang aril dan luna.
Si Iwan sedang memasok video ke anak kelas sebelah, yang kemudian dari anak itu akan dibagikan lagi ke teman-temannya.
Si Iwan mendapat SP3 dan orangtuanya dipanggil, aku ngga tau apa yang akan terjadi pada dirinya, nyawa dia juga mungkin terancam.
Kalau sudah gini, aku merasa kasian juga sama Iwan. Tapi gimana lagi, ini demi masa depan dia dan masa depan teman-temannya.
HP dia disita oleh orang tuanya, dan dia tidak bisa menggunakan hp nya lagi sampai dia benar-benar berubah.
Kasian dia.
Semoga ini yang terbaik buat dia, dan dia akan berubah menuju lebih baik lagi :)
***
Saya penulis baper pamit, cusss *khie757
Sign up here with your email
Conversion Conversion Emoticon Emoticon