Reuni Yang Gagal

Gambar ini aing nu ngabreg goblog! Pas tahun 2013 lalu aisia! Pliss hargai momen aing! :((

Hallow gays, aku lagi mencoba untuk menulis cerita yang serius. Jangan yang hereuy terus ahh :(( Dan selamat bergabung di label KHIEBLOG (KHIE GOBLOG), di label ini akan saya isi dengan cerita-cerita keseharian dan cerita-cerita yang saya alami secara real. Dengan nama dan tempat yang sedikit di samarkan :)

Desember 2014, waktu yang lumayan lama untuk kita karena kini sudah lulus dari bangku SMP. Rasanya rindu banget ingin kumpul-kumpul lagi bersama teman-teman di tempat ini (baca: sekolah).

Salah satu teman ku menentukan tempat dan waktu untuk berkumpul, dan deal lah tempat dan waktu yang dia janjikan yaitu pada hari setelah libur semester di sekolah.

Aku bersama teman-teman dekatku antusias untuk segera datang kesana, tapi sayang seribu sayang, ternyata yang datang hanya beberapa orang.

Tapi aku bersyukur bisa melepas rindu dengan mereka, yang telah lama tak jumpa. 6 Bulan lulus dari SMP, aku merasa sudah banyak yang berubah juga.

Dari bangunan sekolah, ruang-ruang kelas yang kini menjadi lebih nyaman, kantin yang semakin luas, toilet menjadi lebih bersih dan lainnya.

Kami berbincang dan merencanakan sebuah acara bahwa nanti pada saat Tahun Baru, kami akan mengadakan acara di sekolah ini untuk Reunian sekaligus merayakan tahun baru bersama.

"Ide bagus, tuh." Ujar saya.

"Kita susun dulu aja rencana nya dari sekarang," Ujar teman ku yang mengusulkan rencana ini pertama kali.

Waktu itu, kami ber-enam sepakat untuk mulai menyusun acara ~Walaupun tempat dan waktu masih belum mendapat persetujuan dari pihak sekolah.

Kami memilih kelas untuk dihias dan untuk makan malam bersama, lalu kami memilih lokasi yang pas untuk menyalakan kembang api.

Kami berkumpul hingga pukul 8 malam, ditemani juga oleh penjaga sekolah waktu itu. Dia juga ikut memberi saran kepada kami.

Hari pertama di pertemuan kami membuahkan hasil yaitu, memilih salah satu kelas untuk dihias dan makan malam dan menempatkan diri kami masing-masing menjadi panitia.

***
Pada hari kedua, kami berkumpul kembali di sekolah di jam yang sama (pukul 4 sore). Kami mulai membuat desain surat undangan dan menyebarkan nya di media sosial ~dan juga menyebarkan nya ke rumah teman-teman kami. 

"Senang juga menjadi panitia di acara ini," Ucapku dalam hati. Karena seumur-umur, aku belum pernah menjadi panitia di sebuah acara, baru kali ini aku merasakan menjadi panitia.

Penjaga sekolah pun ikut membantu kami juga, ada 2 orang penjaga sekolah yang membantu kami. Mereka antusias dengan acara yang telah kami rencanakan.

Pada hari itu juga, ada beberapa teman kami yang datang untuk membantu. Salah seorang panitia juga sedang berkoordinasi dengan temannya untuk memesan cathering, karena teman nya ini punya usaha cathering kecil-kecilan, lumayan lah untuk kami order.

Harga telah sepakat ditentukan, tinggal berapa pesanan yang harus dipesan itu belum menentu karena yang meng-approve acara ini baru beberapa orang.

Mereka baru meng-approve tapi belum melakukan pembayaran.

Kami memberi waktu 7 hari untuk registrasi dengan membawa uang Rp. 30.000.

Tapi selepas adzan Maghrib, hujan turun dengan deras hingga kami pun terpaksa menghentikan segala aktivitas dan beristirahat di mushola sekolah.

Hari ini membuahkan hasil kembali yaitu, besok kami mulai membuat proposal untuk meminta ijin kepada kepala sekolah, ketika ijin disetujui mulailah kita untuk mendekor ruangan.

***
Hari ketiga, kami berkumpul di jam yang sama dan ditempat yang sama. Namun ada beberapa kendala, kami terheran-heran kepada salah seorang penjaga sekolah yang tiba-tiba menjadi judes.

"Padahal kemarin masih membantu kita, kan?" Ujar salah seorang temanku.

"Iya, kok dia jadi gitu?"

Penjaga sekolah yang satu ini, usia nya mungkin baru 22 tahun. Wajar lah, mungkin dia masih labil.

Tanpa menghiraukan dia, kami mulai menyusun proposal untuk segera di berikan kepada kepala sekolah.

Setelah 1 jam kami menyusun sebuah proposal, kami bermaksud untuk memberikan proposal ini kepada kepala sekolah. Tapi ditengah perjalanan, ada halangan menimpa.

"Bapak, kan udah bilang, kalau mau buat acara disekolah itu gabisa dan gaboleh walaupun ada proposal." Ujar seorang kesiswaan di sekolah.

"Siapa tau bapak kepala sekolah mengijinkan, pak." Ujar teman ku yang menjadi ketua panitia pada saat itu.

"Kalau mau buat acara mending diluar aja, jangan disekolah. Kalau acaranya siang sih boleh, tapi kalau malam, siapa yang mau ngawasin kalian? Gaada guru juga, kan, yang mengawasi kalian?"

Ketika kami akan berkata lagi, guru itu pun memotong pembicaraan kami.

"Kamu masih tetep mau ke si bapak kepala sekolah? Bapak hanya ingin menghargai kamu sebagai alumni," Suaranya agak meninggi, kemudian dia melanjutkan, "Kalau mau, ayo bapak anter keruangan nya!"

"Gimana nih?" Tanya ku kepada sang ketua.

"Aku ga yakin si bapak kepala bakal mengijinkan acara kita. Mereka kayak yang sudah bersekongkol untuk menolak." Ujar sang ketua.

"Udahlah, mending batalin aja proposal ini." Ujar temanku kepada sang ketua.

"Yaudah pak, gausah. Mending kita cari tempat lain aja untuk ngadain acara. Padahal acara ini juga engga tiap hari di adain, kami hanya ingin mengumpulkan kembali teman-teman kami yang telah lama tidak bertemu, pak. Oke, saya tau saya salah, pak." Ujar sang ketua.

Guru kesiswaan itu pun tersenyum dengan jahat, lalu memberikan saran tempat yang baik untuk kami mengadakan sebuah acara dengan harga yang murah.

Tapi, tiba-tiba nyeletuk seorang guru baru di sekolah itu sambil berkata, "Karek ge lulus taun kamari geus rek reunian deui, engke geus jaradi jelema karek reunian!" (baru juga lulus tahun kemarin udah reunian lagi, nanti kalau sudah jadi 'orang' baru reunian.

"Anjing! apa maksud nya dia ngomong kayak gitu?" Ujar temanku.

"Udah lah, mentang-mentang guru baru, dia gatau sejarah kita disini kayak gimana." Ujar sang ketua.

Kami pun mengurungkan acara ini dan menarik semua undangan yang telah disebar di sosial media, dengan memberikan penjelasan yang rinci kepada teman-teman.

Gerimis pun turun perlahan, membahasi baju kami.

Dan kami tak langsung pulang sore itu, kami berdiam dulu di mushola sekolah sambil bermain gitar. Aku tahu kalau bermain gitar di dalam mushola itu perbuatan yang tidak baik. Tapi waktu itu, kami sedang kegelapan dan kecewa.

Tiba-tiba sang penjaga sekolah yang judes, datang menghampiri kami.

"Ai maraneh ngahargaan teu! Ieu teh mushola, naha make jeung gigitaran di mushola sagala!?"

Kami tak menjawab pertanyaan si penjaga sekolah itu.

"Rek naon sih ngarumpul wae di mushola? Tatangga narempoeun maneh! Sakola ieu jadi di cap goreng ku warga! Jeung aya kaleungitan deuih di mushola ieu!"

Memang, sekolah ini berdekatan dengan rumah warga. Mungkin ada sebagian warga yang mengintip lewat jendela dan melihat kami sering berkumpul disini.

Tapi kami tak enak jika dituduh karena telah mengambil sesuatu di mushola itu.

"Naon nu kaleungitan? Arurang rumasa ngariung didieu, tapi arurang teu rumasa lamun difitnah maling mah!" Ujar seorang teman ku yang dengan nada tinggi menjawab pertanyaan sang penjaga sekolah itu.

"Kabeul USB urang didieu leungit! Kamari sore emang aya keneh, urang mah bae USB leungit ge, ngan urang paur barang-barang didieu laleungitan hiji-hiji."

Anjing, kami disangka mencuri kabel usb dia, dan kami jelas tak terima. Semua diantara kami tidak merasa mengambil nya.

Lalu dia pergi dari kami sambil membawa payung dan menjauh, menjauh, menjauh dan hilang.

***
Kami kesal karena disangka mencuri, kami inisiatif untuk meminta maaf ~walaupun bukan kami pencurinya. Tapi apa salahnya untuk meminta maaf.

Keesokan harinya, kami meminta maaf karena sering berkumpul disana. Dan aku membawa kabel USB milik ku untuk mengganti nya ~walaupun aku tidak merasa mengambil nya, tapi aku mencoba mengganti nya agar tali silaturahmi tidak putus sampai disini.

"Yeuh, ku urang gantian." Ujar temanku yang memberikan kabel USB kepada dia, setelah meminta maaf panjang lebar.

Dia tersenyum dan mengajak ngobrol kami kembali, setelah seharian kemarin kami tidak mengobrol.

Dan setelah itu, kami langsung pulang kerumah masing-masing.

***
Acara reunian kali ini gagal. Tapi ada satu hikmah yang bisa kami ambil.

Sebelum jadi jelema, kita belum saat nya untuk reunian. Seperti yang dikatakan seorang guru baru di sekolah ini kemarin.

Anjayyy~ Saya penulis baper pamit. Cussss *khie757