Gambar ini mungkin berhak cipta atau dilindungi undang-undang aisia!
|KHIEBLOG (KHIE GOBLOG) BERUSAHA HADIR SETIAP HARI MENEMANI HARI-HARI ANDA YANG SEPI DAN SUNYI SEPERTI HATI INI :(( ANYING!
Mengucapkan janji adalah sebuah hal yang mudah, bisa kapan saja kita mengucapkan nya, bisa dimana saja kita mengucapkan nya dan dalam kondisi apapun kita bisa mengucapkan janji.
Tapi masalahnya, hanya sebagian orang yang bisa membuktikan janjinya. Kebanyakan mereka hanya mengucapkan saja, untuk membuktikannya mereka seolah lupa atau tidak ingat, sehingga banyak janji yang dilupakan.
Janji itu harus ditepati, kalau tidak, ibarat kita punya hutang harus dilunasi, sampai kapanpun, nominal nya berapapun tetap harus dilunasi.
Inilah salah satu janji yang pernah aku dan 2 teman dekatku ikrarkan dalam sebuah ikatan persahabatan.
Ya, memang, kita baru saja saling kenal, belum ada 1 tahun kita saling mengenal tapi tidak ada salahnya, kan, untuk mengucapkan janji?
Aku (Ryan), Ceban dan Gobang sebut saja begitu, berjanji mulai detik ini untuk tidak mendekati hal-hal yang berbau narkoba, bahkan kami berjanji untuk tidak pernah mengisap rokok.
"Bener ya, janji ini harus kita tepati, sampai kapanpun." Kataku.
"Ya, semoga kita bisa menepati janji kita ini, jangan sampai ada yang melanggar. Harusnya, kalau ada yang ngelanggar harus dikasih hukuman gitu dong, Yan." Ujar Ceban kepadaku.
"Boleh juga, tuh, biar kita ngga ada niatan untuk ngelanggarnya." Samber Gobang.
Akhirnya kami berjanji dan jika ada yang melanggar perjanjian ini, kita akan diberi hukuman. Jika kita ketahuan ngerokok, kepaksa kamu harus makan tuh rokok semuanya! Sama bungkus-bungkus nya!
Kalau ketahuan ngobat/narkoba, suruh abisin aja semuanya, teleng-teleng tuh pala, biar di cyduk sama BNN.
Hari itu, tepatnya hari Minggu yang cerah, ditengah pos kamling yang kosong, kami berkumpul mengelilingi sisa-sisa makanan yang sudah habis kita makan.
Lalu kami rebahan menghadap langit.
"Semoga saja, kita terus bersama dan terus berada dalam dekapan janji-janji kita." Ujar Ceban.
Hening.
***
2 tahun kemudian, tepatnya kami kelas 9, Gobang sudah tak tahan untuk merokok, dia seperti sakaw. Aku dan Ceban sudah tahu gerak-gerik Gobang yang aneh akhir-akhir ini.
Di sekolah, dia jadi jarang kumpul-kumpul bareng kami, dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul bersama teman-teman sekelasnya.
Karena di kelas 9 ini, Aku, Ceban dan Gobang berbeda kelas.
"Kayaknya dia ngobat deh, liat, dia kayak sakaw gitu." Ujar Ceban kepadaku.
"Iya, coba yuk kita samperin terus tegor dia kenapa."
Akhir-akhir ini, si Gobang juga udah jarang kumpul-kumpul bareng kami, menurut orangtua nya, dia sering ngumpul sama temen kompleknya yang kebanyakan dari mereka anak-anak nya pada nakal dan suka ngobat.
Jangan-jangan si Gobang kebawa-bawa ngobat lagi.
"Heh, kamu kenapa?" Tanya Ceban pada Gobang.
"Ngga apa-apa kok, emang aku kelihatannya gimana?"
"Engga, ngga apa-apa."
Tak lama kemudian, ada temannya Gobang yang mengajak nya ke WC. Ini ada yang ngga beres.
"Aku ke WC dulu, ya!" Seru Gobang.
Aku dan Ceban hanya mengangguk, setelah Gobang terlihat cukup jauh, aku dan Ceban mengikuti nya dari belakang.
Setelah hampir di depan pintu WC, temannya Gobang memberikan sebuah gulungan kertas kecil. Seperti ganja atau rokok.
Aku dan Ceban melihat dengan jelas, tapi kami tak tahu apa yang diberikan oleh temannya si Gobang ini, apakah narkoba atau hanya rokok?
Lalu si Gobang masuk kedalam WC, mengunci pintu WC dan kami pura-pura masuk ke WC sebelah sambil memerhatikan suara gerak-gerik si Gobang.
Terdengar suara korek api menyala, tak lama kemudian, asap rokok mulai mengepul dan memasuki WC sebelah ~tepat kami berada.
Ya, kami para pelajar kelas 9 sudah terbiasa dengan kelakuan ini. Banyak dari kami yang keluar masuk WC hanya untuk merokok atau ngobat.
90% Ngobat/rokok ,, 10% Kencing/BAB.
Itulah fakta yang terjadi di sekolah kami, WC adalah tempat yang nyaman untuk melakukan hal ini.
Kadang diwaktu istirahat, adalah waktu yang paling tepat untuk mereka merokok di dalam wc.
Bahkan, lebih banyak orang nongkrong di wc daripada di kantin/depan kelas. Mereka lebih nyaman nongkrong di wc.
"Si Gobang ternyata udah mulai kebawa-bawa sama temen komplek nya, dia udah mulai berani ngerokok!" Seru Ceban kepada ku.
Lalu kami meninggalkan wc dan menuju kantin untuk membeli sebuah makanan. Sambil nongkrong lah disana.
Aku dan Ceban juga pernah ditawari oleh teman kami untuk merokok, bahkan dia memberikan kami rokok secara gratis. Bahkan dulu yang lebih parah, pernah dikasih dekstro sama ceuceu.
Tapi kami menolak dengan lembut ~tanpa menyakiti hati si pemberi. Karena kami memang menjauhi obat-obatan seperti itu.
Kadang kami juga sering di bully hanya karena tidak pernah merokok, tidak pernah minum dan tidak pernah mencoba obat-obatan.
Bukannya so cool, bukannya pengen cari perhatian, tapi memang kami menjauhi barang-barang tersebut ~dan kami telah berjanji satu sama lain.
***
Di hari Minggu siang, aku dan Ceban berniat untuk mengunjungi rumah nya si Gobang, ingin nongkrong-nongkrong lah sambil membahas masalah si Gobang ini.
Tapi ternyata, dia tidak ada dirumah. Kata adik nya, dia berada di lapangan dekat masjid bersama anak-anak komplek. Wahh, kayaknya ada yang ga beres.
Aku dan Ceban menyusul si Gobang. Dan kami melihat, benar, ternyata si Gobang sedang berada bersama anak-anak komplek itu.
Sambil memegang rokok ditangannya, berbincang dengan seorang anak komplek itu ~terlihat seperti ketua dari perkumpulan anak-anak itu.
Dari kejauhan, Ceban memanggil si Gobang.
"Gobang!"
"Gobang!"
Dia masih tak mendengar, mungkin sedang asyik berbincang.
"Gobang! Hey!" Ceban sambil melambai-lambaikan tangannya, berharap si Gobang melihatnya.
Lalu Gobang melihat kami berdua, sontak kaget dia membuang rokoknya yang masih panjang dan menginjak nya sambil memutarnya ~berharap rokoknya mati.
"Ehhh, Ban, Yan, ada apa?" Seru Gobang sambil mendekat ke arah kami.
"Lu ngapain disana? Sama anak-anak komplek itu? Bukannya kamu gasuka ya sama mereka?" Tanya Ceban.
"Ya, iya, tapi.. emmmm, yaa..." Gobang berkata secara terbata-bata.
"Terus, yang tadi kamu lempar ke tanah itu apa, Bang?" Tanya ku.
Dia terlihat kaget.
"Jawab!" Suara Ceban dengan nada tinggi.
"Ya, ya, AKHIR-AKHIR INI AKU SERING NGUMPUL SAMA MEREKA," sambil nunjuk ke arah anak-anak komplek itu, si Gobang melanjutkan, "DAN AKU SEKARANG UDAH SERING NGEROKOK KARENA DIAJAKIN SAMA MEREKA!" Gobang dengan nada tinggi.
"Jadi!? Di sekolah juga lu ngerokok? Di dalem WC? Sejak kapan lu begitu?" Tanya Ceban.
"IYA! GUE AKUI, gue juga ngerokok di wc sekolah, pas pulang sekolah sama anak-anak komplek. Gue juga sekarang mau beli ciu sama dekstro! Gue ngerasa udah ketergantungan gitu sama barang-barang itu." Jawab Gobang.
"Anjing! Lu ga inget apa? Sama janji kita!? BANGSAT LU!" Ceban terlihat sangat marah.
"Gue inget, Ban, tapi gimana? Kalo lo ada di posisi gue, lo juga bakal ngerasain rasanya sakaw."
"Lu emang bangsat! Lu gabisa ngejaga janji-janji persahabatan kita."
"Mulai detik ini, gue lebih baik ngga usah ketemu lagi sama kalian, dan janji busuk kalian. Gue lebih nyaman sama anak-anak komplek ini." Seru Gobang.
"Anjing lu, bangsat! Awas aja, lu bakal nyesel anjing!" Seru ku, terbawa emosi mendengar si Gobang berkata seperti itu.
"Mati lu anjing!" Ceban mengakhiri.
Gobang mengajak kami salaman, mungkin untuk yang terakhir kalinya, dan dia ingin persahabatan kami berakhir sampai disini.
Ceban langsung menancap gas motor nya, dan meninggalkan tangan Gobang mengangkat ~mengajak nya untuk salaman.
***
Karena pergaulan yang salah, salah satu sahabat, ekhem maaf, mantan sahabat kami menjadi berubah arah.
Dia merasa, anak-anak komplek itu adalah pergaulan yang keren, dan mendapat perhatian dari banyak cewek, ~rata-rata cewek yang sama-sama nakal.
Gobang tidak mau terus ditintas seperti kami ~dihina, diejek, dilecehkan karena tak pernah bergaul bersamanya, bersama barang-barang haram itu.
Gobang merasa dirinya sekarang menjadi lebih baik dan tak pernah mendapat cacian lagi dari teman-temannya.
Masa remaja adalah masa-masa nya banyak melakukan hal bodoh, mencoba-coba, dan banyak penasaran.
Aku mendapat kabar dari temannya si Gobang, katanya dia udah pernah melakukan seks sama cewek seusianya yang sama-sama nakal.
Karena 'begituan' sambil mabuk, dia sampe-sampe kelewatan dan ngehamilin anak cewek itu. Malangnya nasib mu, Bang.
Aku dan Ceban khawatir dia akan kenapa-napa, tapi kami seolah tidak tahu saja karena udah males juga sih ketemu sama si Gobang.
Gobang adalah penghianat yang tak pantas untuk dimaafkan, kecuali kalau dia mau berubah seperti dulu, berubah kejalan yang benar dan menjauhi barang-barang haram itu.
***
Memasuki kelas 10, aku dan Ceban harus berpisah karena kami masuk sekolah kejuruan yang berbeda.
Tapi kami terus berkomitmen dan berjanji untuk terus menepati janji-janji kita. Macam orang pacaran.
Tapi serius, kita ini ngga pacaran, kita hanya seorang sahabat yang mencoba untuk menepati janji kita.
Tapi apa daya, Ceban pun tak bisa menahan nafsu nya untuk mencoba barang-barang yang telah dilarang oleh kami ~melanggar janji kami.
Aku mendengar kabar dari teman sekelas nya, dia sekarang jadi nakal. Jadi sering bolos dan sering kabur pas pelajaran sedang berlangsung.
Dia juga sering nongkrong sama anak-anak nakal yang ada di sekolahnya, sering ngerokok bareng juga. Dia juga pernah ngobat sampe dia tertidur pulas pas jam pelajaran berlangsung.
Mata nya merah ketika dia bangun, terus dia disuruh cuci muka sama bu guru, jalan dia sempoyongan ga teratur, nabrak-nabrak meja yang ada di sampingnya. Serem juga.
Dan seiring berjalan nya waktu, janji-janji kita kini hanya sebatas janji, mungkin hanya aku yang masih konsisten hingga kini. ~Belum pernah menyentuh barang-barang haram.
Tapi pernah sih, waktu itu mencoba untuk merokok. Diberi satu batang oleh temanku, lalu aku menyalakannya dan aku hisap, dalam satu hisapan aku tersedak batuk-batuk, kayak mau mati.
Dan aku langsung kapok, ngga mau lagi nyobain rokok. Apa enaknya menghisap asap yang bisa ngebikin kita batuk-batuk?
Mungkin itu pengalaman pertama dan terakhir ku mencoba rokok, untuk obat-obatan dan minuman, aku belum pernah mencobanya sampai saat ini.
***
Mungkin, janji itu tinggal aku yang menjalankannya. Mungkin, jika sekarang aku bertanya pada kalian, mungkin kalian sudah lupa dengan janji-janji kita dulu, dibawah poskamling yang sepi dan kami duduk membundar.
Saya penulis baper pamit, cussss *khie757
Sign up here with your email
Conversion Conversion Emoticon Emoticon