Fakta Ilmiah Tentang Cinta





Banyak yang bilang cinta mengerti apa yang tak diungkapkan, merasakan tanpa dijelaskan, tapi cinta tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Padahal, fakta ditemukan oleh para ilmuwan. 

Para ilmuwan sepakat, perasaan dan gairah cinta bisa mengacaukan pikiran dan tubuh. Mulai dari cara berbicara sampai cara berjalan, akan tampak berbeda saat ada benih-benih asmara, semuanya terlihat sangat ganjil dan aneh.

Nggak hanya sekedar beridiom, para ilmuwan tersebut benar-benar melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa ada kekuatan tersembunyi dibalik frasa sederhana bernama “jatuh cinta”.

Cinta adalah reaksi kimia. Manusia berpikir cinta adalah suatu rasa yang sulit dipahami. Namun, hal ini bertolak belakang dengan pendapat seorang ilmuwan yang mengatakan bahwa cinta hanyalah sebuah rangkaian peristiwa kimia.

Menurut Larry Young, professor ilmu saraf di Emory University di Atlanta, Georgia, cinta dapat dijelaskan dengan serangkaian peristiwa neurokimia di bagian otak tertentu. Jika pendapat ini benar, maka orang nggak perlu bergantung pada cokelat atau tiram untuk membangkitkan perasaan cinta.

Bahkan, orang bisa saja menciptakan afrodisiak yang membuat seseorang jatuh cinta pada pandangan pertama atau obat penawar untuk cinta yang tak terbalas karena mencintai orang yang nggak seharusnya.

Para ilmuwan sebelumnya telah mengamati bahwa zat kimia yang disebut oksitosin terlibat dalam pengembangan ikatan antara ibu dan anak pada hewan. Prof Young berpendapat, hal yang terjadi pada hewan juga terjadi pada manusia.

Detak jantung sama dengan pasangan. Masih ingat ketika kamu jatuh cinta pertama kali pada si dia? Kala itu jantung kamu pasti berdegup lebih kencang setiap kali bertemu dia atau mengingat momen indah bersamanya.
 
Sekarang coba deh periksa “detak jantung” kamu. Mungkin saat ini detaknya stabil. Namun, pasti ada sesuatu yang tetap bisa membuat detak jantung kamu berirama lebih cepat. Misal, saat suara tawa si dia atau aroma tubuhnya yang tertinggal meski si dia telah pergi.

Tapi tau nggak kalau hal serupa terjadi juga sama si dia? Sebuah studi menunjukkan, saat jatuh cinta, jantung kamu berdetak secepat pasangan kamu sehingga berada di tingkat sama!

Cinta mengubah perilaku kita. Sebuah studi pengambilan risiko dilakukan untuk meneiliti watak orang yang tengah jatuh cinta. Dari studi tersebut terlihat, ternyata cowok lebih bersedia untuk mengambil risiko dibanding si cewek. Bahkan, kadangkala hal-hal yang beresiko tersebut sesuatu yang sejatinya nggak perlu.

Orang jatuh cinta terikat untuk benar-benar komitmen, cenderung melakukan tindakan bias atensi sadar. Itu tercermin dari upayanya berpaling dari orang-orang selain kekasihnya.

Cinta membuat kamu lebih bodoh. Penelitian menunjukkan, orang-orang yang penuh gairah cinta kurang mampu untuk fokus dan melakukan tugas-tugasnya dengan baik.

“Saat terlibat dalam hubungan romantis, kamu akan merasa lebih sulit untuk fokus pada hal-hal lain karena kognitif kamu akan lebih fokus pada sang kekasih,” ujar Dr Henk van Steenbergen dari Universitas Leiden.

Dari scan MRI diketahui, saat jatuh cinta, sistem saraf diotak akan bekerja. Ia akan memunculkan semacam euforia sama halnya ketika kecanduan kokain. “Akan ada kegembiraan yang cukup intens saat jatuh cinta. Bahkan euforia itu bisa lebih tinggi daripada yang dihasilkan oleh kokain,” kata Dr Lucy Brown, professor neurologi dari Albert Einstein College of Medicine.





Filofobia.

Filofobia adalah takut jatuh cinta dan menjalin cinta. Risiko ini biasanya muncul ketika seseorang pernah dihadapkan pada gejolak emosional yang berhubungan dengan cinta di masa lalu tapi juga bisa menjadi fobia kronis.

Filofobia didefinisikan sebagai ketakutan abnormal dan nggak beralasan untuk jatuh cinta. Hal ini memengaruhi kualitas hidup dan menjauhkan seseorang dari komitmen. Hal ini paling umum pada wanita dibandingkan dengan laki-laki karena mereka diberitahu untuk nggak mengejar cinta dan bahwa orang-orang yang mengejar cinta akan bernasib buruk; untuk itu perjodohan atau kawin paksa diatur oleh keluarga dan atau masyarakat, yang mengatakan bahwa pasangan pilihan sendiri nggaklah cukup baik bagi mereka; mereka harus menikahi sosok yang telah dipilihkan bagi mereka; mereka biasanya ditekan untuk memiliki hubungan dan pernikahan yang baik.

Hal ini memicu berbagai gejala yang dapat menggabungkan sekresi keringat, denyut jantung nggak teratur, sesak napas, ketakutan, mual dan perasaan gelisah. Aspek terburuk takut jatuh cinta dan menjalin cita adalah bahwa hal itu membuat seseorang tersaing. 


Sumber: Tribun Jabar